.::::::Cerah Ceria:::::.


Cerita Motivasi Tentang Keragaman Umat Manusia


Saat saya kecil, Lebaran selalu menyenangkan karena kami pergi  mengunjungi para tetangga dan makan berkali-kali di sana sini. Salah  satu acara tetap adalah sungkem pada Eyang Putri, yaitu nenek buyut  dari tetangga saya. Beliau tidak ingat lahir tahun berapa, kira-kira usianya 100 tahun. Beliau selalu memakai   kebaya, mulutnya merah karena nginang (mengunyah daun sirih) dan  hanya bisa berbicara dan menulis huruf Jawa kuno. Kompleks kami memang menyenangkan. Saat Idul Fitri kami buat halal  bihalal bersama, saat Natal kami juga makan-makan bersama.

Agama tidak pernah menjadi pemicu perpecahan, karena setiap orang saling menghormati dan bertoleransi.
Agama yang mengajarkan  kebaikan, seharusnya justru menjadi sumber cinta kasih dan menyatukan  umat manusia, bukan memecah belah dengan menekankan perbedaan serta menyulut kebencian. Sebaiknya kita tidak ikut campur dan terpicu dengan urusan konflik antar agama di negara lain.

Karena sepanjang sejarah akan selalu ada  konflik, entah konflik antara Kristen dan Katolik, Yahudi  dan Islam, dan yang terbaru Islam ISIS yang bersumpah akan  menghancurkan Kabah (www.tempo.co). Sebenarnya inti konflik adalah  perebutan wilayah dan kekuasaan politik. Tetapi dalam kehidupan bertetangga sehari-hari,  yang tidak ada urusannya dengan wilayah dan kekuasaan, perbedaan agama  tidak memunculkan masalah, justru memberikan keindahan. Berita menulis tentang umat Muslim yang sholat dan adzan dari gereja di Gaza. Ada juga umat Muslim yang melindungi umat Kristen dari kekejaman ISIS di Irak.

Saya  bersyukur dibesarkan di lingkungan yang mengasihi dan bertoleransi. Maya Angelou berkata, sudah waktunya bagi orang tua untuk  mengajar anaknya sejak dini bahwa ada keindahan dan kekuatan dalam perbedaan.  Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Keragaman Umat Manusia Membuat Toleransi Bukan Sekadar Kebajikan, Tetapi Syarat Mutlak Untuk Kelangsungan Hidup (Rene Dubos)

Penulis : Esther Idayanti