.::::::Cerah Ceria:::::.


Cerita Inspirasi Tentang Kebaikan


Kemarin saya ikut mudik lebaran naik kereta api dari Stasiun Senen, berhubung semua tiket pesawat dan bis ludes beberapa bulan lalu. Ternyata tempat duduk saya tepat di bawah AC! Padahal saya tidak tahan AC dan badan sedang tidak sehat. Waktu saya bicara dengan petugas untuk kemungkinan pindah kursi (kemungkinan yang sangat kecil karena KA penuh sesak), gadis yang duduk di sebelah saya berkata, "Mbak tukar dengan saya saja." Wah, saya sangat berterima kasih dan terkesan dengan kebaikannya. Sesuatu yang jarang ditemui saat ini.

Kita menjalani hidup ini dalam suasana yang kompetitif yang mengutamakan kemenangan dengan segala cara. Kadang kecurangan dan sukses dianggap sejalan. Dan orang yang kerap melontarkan kritik dengan sinis dianggap sebagai orang yang intelek. Lalu orang yang baik dianggap lemah dan lembek. Alasannya mereka mudah dimanfaatkan dan diinjak orang.

Tetapi sebenarnya justru sebaliknya. Psikoanalist Jacques Arenes berkata bahwa kekasaran (nastiness) adalah sebuah bentuk proteksi diri. Orang yang merasa lemah dan takut terbuka/terluka (vulnerable) akan menjauhkan orang lain dengan cara meperlakukan mereka dengan buruk. Orang yang tidak menyenangkan biasanya tidak bahagia dengan dirinya sendiri, karena itu ia proyeksikan pada orang lain.

 Sebaliknya dibutuhkan keberanian untuk menjadi orang yang baik, terbuka, menolong orang dan mengambil resiko dimanfaatkan oleh orang lain. Orang yang baik memilih untuk menempatkan fokus pada orang lain, bukan dirinya sendiri. Biarlah kita belajar bahwa menjadi orang baik itu lebih penting dari pada menang.

Kelembutan dan Kebaikan Bukan Tanda Kelemahan Dan Putus Asa, Melainkan Perwujudan Kekuatan dan Keputusan  (Khalil Gibran) 

Penulis : Esther Idayanti