Almarhum ayah mertua saya adalah seorang hakim tinggi di Semarang yang hidup sederhana. Padahal hakim tinggi adalah posisi “basah” yang bisa menjadi pabrik uang. Ia berpesan pada suami saya, “Jangan beri makan anakmu uang hasil korupsi.” Sekilas saya perhatikan, memang anak-anak yang memakan hasil korupsi ayahnya, hidupnya berantakan (walaupun kaya). Sebenarnya bukan uang hasil korupsi yang menentukan, melainkan kegagalan moral seorang ayah berdampak pada keluarganya.
Para ayah, Anda adalah pemimpin dan gerbang menuju kehidupan anak-anak Anda. Pergumulan/tantangan yang dihadapi oleh anak seperti pemberontakan, kebohongan, ketakutan, kegagalan moral, dan lainnya, biasanya adalah dampak dari dosa-dosa sang ayah, baik yang terlihat maupun yang disembunyikan. Anak-anak kita adalah seperti cermin yang membantu melihat kehidupan kita dengan lebih jelas. Apa yang seorang ayah tabur dalam hidup ini, akan dituai dalam keluarganya.
Sebaliknya, keterbukaan dan ketaatan seorang ayah pada Tuhan bisa menjadi berkat yang luar biasa. Ketika seorang ayah merendahkan diri, memohon kekuatan Tuhan dan menang terhadap dosa-dosanya, maka biasanya anak-anaknya juga mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan dosa dan kelemahannya.
Anak saya diminta menulis karangan tentang orang yang menginspirasi, ia menulis tentang dr. Handojo Tjandrakusuma, pemenang Sasakawa Award dari WHO. Dan di akhir karangan ia menulis, “dr. Handojo memiliki tiga anak dan enam cucu, salah satunya saya.” Betapa senangnya bila anak cucu Anda bisa menceritakan dengan bangga tentang kehidupan Anda. Jadi, ayah (dan ibu juga), jaga kehidupanmu dengan baik, karena kehidupan yang Anda jalani, berdampak pada kehidupan anak cucu Anda. Tidak ada kata terlambat, dan kiranya Tuhan menguatkan kita semua (EI)
Anak - anak Kita adalah Cermin yang membantu kita menjalanin kehidupan lebih jelas
Penulis : Esther Idayanti
Image :
