Istri saya memanggil ketika saya sedang membaca koran, "Maukah kamu datang ke sini agar putri kesayanganmu ini mau makan?"
Aku bergegas ke meja makan. Asma putri kami satu-satunya tampak ketakutan. Di depannya ada sebuah mangkuk penuh dengan bubur. Asma adalah anak, baik cerdas, yang baru berusia 8 tahun. Dia membenci bubur sebaliknya istri saya percaya bubur itu baik baginya.
"Asma Sayang, makanlah beberapa suap bubur ini. Hanya demi Ayah.. Dan jika kamu tidak melakukannya, Ibu akan berteriak padaku."
"OK." Dengan mata berkaca-kaca, "Aku akan makan - bukan hanya beberapa suap, tetapi seluruhnya.. Tapi...(dia ragu-ragu). "Ayah, kalau aku makan ini bubur seluruhnya, maukah ayah memberiku apa pun yang aku minta?"
"Tentu, Sayang."
"Janji?"
Aku menggenggam tangannya dengan lembut. "Ibu juga harus berjanji," desak putriku. Istri saya setuju walau ragu-ragu.
"Sayang, tapikan kamu tidak bersikeras untuk mendapatkan komputer ? Ayah tidak memiliki uang cukup sekarang.. OK?"
"Tidak Ayah, tidak mahal kok."
Perlahan-lahan dan menyakitkan dia mulai makan buburnya sampai selesai dan kemudian menatapku.
"Ayah, aku ingin menggunduli kepalaku !"
'Omong kosong! " teriak istri saya, "seorang anak gadis botak.., mustahil!"
"Asma sayang, minta yang lain saja?"
"Tidak Ayah. Aku tidak ingin yang lain," katanya dengan tegas.
Aku mencoba memohon dengan meminta dia untuk memahami.
"Ayah sudah berjanji dan ayah melihat betapa sulitnya untuk makan bubur itu." Dia mulai menangis.
"Asma, keinginanmu akan terpenuhi."
Pada hari Senin, aku mengantarkannya ke sekolah. Dia melambai sambil tersenyum. Saat itu, seorang gadis kecil turun dari mobilnya, dan berteriak, "Asma, tunggu aku!" Yang mengejutkanku ternyata tidak ada sehelai rambut di kepala gadis itu. Mungkin, sedang trend, saya pikir.
"Pak, putrimu memang luar biasa!" Kata seorang wanita di sampingku. Gadis itu adalah putri saya. Dia menderita leukemia, dan kehilangan semua rambutnya karena kemoterapi. Dia menolak untuk kembali ke sekolah karena takut diledek oleh anak-anak lain. Asma mengunjunginya pekan lalu, dan berjanji bahwa ia akan membantu bila ada yang meledek. Saya tidak pernah membayangkan ia akan mengorbankan rambut indah nya demi putriku! Pak, Anda beruntung memiliki anak yang berjiwa mulia sebagai putri Anda.
Saya diam terpaku. Dan tanpa terasa air mata menetes.
Seandainya setiap orang dewasa seperti kita juga bisa menjadi teman setia dan saling mengasihi tanpa pamrih!
sumber :
facebook wakaf quran
image : blogspot matabathin-dery
