.::::::Cerah Ceria:::::.


Cerita Inpirasi Tentang Tujuan Pandangan mata

Peneliti dari University of Nebraska mengadakan studi tentang “eye tracking.”  Ketika sekelompok orang diminta untuk memerhatikan gambar seorang perempuan, para pria melihat ke bagian dada lebih lama dari pada para perempuan.  Para perempuan lebih memerhatikan wajah ketimbang bagian-bagian seksual yang dipandang oleh para pria. Ada pria-pria yang beralasan, “Namanya juga pria… wajarlah.”  Tetapi bila Anda tidak mendisiplinkan mata Anda, pikiran Anda akan terhanyut, lalu saat godaan muncul, Anda kompromi, dan terjadilah kehancuran yang disesali (keluarga, karir, anak-anak dll). Terlalu banyak pria baik, bahkan pemimpin jatuh karena hal ini.


DISIPLIN bukanlah sifat atau pembawaan dari lahir, tetapi seperti otot, disiplin bisa dilatih untuk menjadi kuat.  Disiplinkan mata Anda untuk melihat bagian wajah perempuan bila Anda bertemu atau berbicara dengannya. Anggap para perempuan saudara atau ibu Anda, sehingga Anda memandang dan meperlakukan mereka dengan sopan.

DOA. Kelly Mc Gonigal Ph.D yang mengajar “The Science of Willpower” di Standford University mengatakan bahwa doa/meditasi di urutan pertama untuk meningkatkan tekad seseorang karena berdoa/meditasi beberapa menit setiap hari dapat memengaruhi area tertentu di otak yang mengatur emosi dan “decision making”.

ACCOUNTABILITY. Tiap orang bisa membuat alasan, “Aku tidak sengaja…” atau “Terlalu sulit bagiku…” dan sederet alasan lainnya. Tapi mari kita akui, bahwa sebagian besar alasan itu adalah ekspresi dari rasa malas kita. Kita ingin tinggal di “comfort zone” dan menghindari rasa sakit/lelah untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Karena itu kita butuh seseorang yang selalu menantang kita dan bertanya, “Apakah kamu sudah melakukan komitmenmu?” “Bagaimana kehidupan pribadimu minggu ini?”  Beranikah Anda ditanya hal-hal yang pribadi? Dan apakah Anda berani bertanya hal yang sama untuk menjaga rekan Anda? (EI)

LATIH MATA ANDA UNTUK MELIHAT HAL YANG BAIK, DAN IMAJINASI AKAN MENGIKUTINYA (Ravi Zachari)

Penulis : Esther Idayanti