.::::::Cerah Ceria:::::.


Cerita Motivasi Antara Iman dan Presumsi


Dalam proses pemilihan presiden kemarin saya perhatikan ada tokoh yang berdoa penuh “iman” mengucap syukur bahwa presiden tertentu sudah terpilih, mengabaikan fakta “quick count” yang mengarah sebaliknya. Bukan untuk membully salah satu pihak, tetapi saya berpikir ulang tentang iman saya sendiri. Bukankah ini mirip orang yang sakit keras tetapi beriman bahwa Tuhan menyembuhkan, dan terjadi demikian?  Dua kejadian ini sepertinya sama, jadi apa bedanya iman dan presumsi?

Iman tidak mengabaikan Fakta dan menghilangkan masalah.
Orang berharap bila ia berdoa, tiba-tiba seperti sulap, semua persoalan hilang dan hal-hal terjadi sesuai keinginannya. Tetapi sebaliknya, iman adalah memiliki kekuatan untuk menghadapi persoalan, bukan menghindari persoalan.  Iman bukanlah percaya bahwa Tuhan akan melakukan apa yang kita minta, melainkan apa yang terbaik. Kita tahu ada fakta (sakit, kalah dll), tetapi percaya bahwa Tuhan sanggup mengubah fakta bila Ia berkehendak (bukan kita berkehendak).

Iman berdasarkan Perkataan Tuhan / Firman Tuhan
Bila saat ini kita lakukan apa yang Nabi Abraham/Ibrahim dulu lakukan, yaitu mengorbankan anaknya, pasti kita dipenjarakan. Nabi Abraham / Ibrahim melakukannya karena ia mendengar dari Tuhan. Tetapi jangan lakukan bila Anda tidak mendengar dari Tuhan atau tidak berdasarkan Firman Tuhan.

Imann Tidak Melanggar Prinsip Kebenaran
Tidak bisa saya “beriman” untuk sesuatu yang melanggar otoritas dan prinsip kebenaran.

Iman Tidak Mengusahakan Yang Terbaik, Serahkan Hasil Pada Tuhan
Contohnya, jangan berhenti minum obat dengan alasan percaya Tuhan menyembuhkan. Tuhan bisa menggunakan segala cara (EI)

Iman adalah Mendengar dari Tuhan dan melakukannya. Presumsi adalah "Bertindak Dengan Iman" Tanpa Mendengar dari Tuhan.

Penulis : Esther Idayanti
Image : pemulunghikmat.wordpress