.::::::Cerah Ceria:::::.


Cerita Motivasi Tentang Media Sosial dan Emosi


Saya mempunyai beberapa tips bagaimana menyikapi tulisan di sosial media. Saya singkat dengan kata
A-M-A-T-I. ABAIKAN! Kita tak dapat melarang burung berterbangan di atas kepala kita, tapi kita dapat mencegahnya bersarang di atas kepala kita. Artinya, kita tak dapat melarang berita atau pesan yang lalu lalang di kepala kita, tapi kita dapat memutuskan untuk tidak membaca, apalagi mengomentarinya. Karena kita juga tak dapat melarang “penulis-penulis” berita yang sekadar cari sensasi dan tak punya tujuan jelas dengan berita-berita tersebut.

Menahan Diri 
Artinya, jangan sampai kita menulis atau mengomentari sesuatu yang ujung-ujungnya membuat kita menyesal. Sudah tidak terhitung lagi, banyak tokoh yang kemudian dihujat dan dimaki-maki karena status twitter, facebook mereka yang membuat jengkel. Nah, jangan sampai Anda jadi orang berikutnya. Hati-hatilah saat ingin berkomentar.

Antisipasi 
Kini, Anda sudah tahu bahwa media berpotensi memberi berbagai informasi yang bisa memancing emosi. Risikonya, tiap kali Anda membuka, Anda sudah harus antisipasi bahwa apa yang tertulis di sana bisa membuat Anda marah, kesal, sebel, dll. Jadi, sebelum memutuskan membaca, siapkan diri Anda untuk melihat berbagai tulisan. Dari yang paling inspiratif dan positif sampai yang isinya sampah dan membuat marah Anda.

Tidak mengumpat.
 Seandainya terpaksa kita mendengar atau membaca berita-berita yang emosional, biasakan diri untuk TIDAK MENGUMPAT! Jenderal Ullyses Grant (presiden Amerika ke-18) pernah mengatakan, ”Mengumpat adalah tindakan bodoh karena kata-kata kasar tidak hanya membangkitkan amarah kita, tetapi menyulut kemarahan orang lain”. So, belajarlah untuk tidak mengumpat. Awal dari meledaknya emosi marah justru melemahkan kita.

Insaflah
Komentar dan pendapat Anda di media sosial bisa jadi petunjuk soal bagaimana karakter Anda! Mulai sekarang berjanjilah untuk memberi komentar-komentar yang positif atau membangun. Ingatlah, berbagai berita emosional di atas sedang mengajari kita untuk berempati. Di satu sisi, Anda bisa menebak bagaimana kondisi mental orang yang membuat atau menciptakan status. Apa pun yang kita tulis adalah cerminan batin kita. Mulailah berhati-hati dengan apa yang Anda tuliskan.

Mulai sekarang, ada baiknya kita tidak mengomentari atau menshare berita-berita emosional murahan yang tak perlu. Saatnya untuk mengamati isi-isi media sosial yang kita miliki.

Penulis : Anthony Dio Martin